Monday, June 22, 2020

E-SPORT - Tren Industri E-Sport di Indonesia


PT RIFAN FINANCINDO - Tahun 2019 adalah tahun yang menarik untuk industri esport Indonesia. Tentu saja, ada dinamika yang terjadi di 2019 jika dibandingkan dengan 2018. Lalu bagaimana dengan tren yang akan terjadi di 2020 nanti?

Lucas Mao, MPL Indonesia League Commisioner, berbagi insight-nya. Mari sejenak mundur ke belakang. Jika dibandingkan dengan 2018, inilah beberapa perubahan yang
menarik untuk dicatat.

Di 2018, turnamen dengan hadiah terbesar di Indonesia saat itu datang dari game Dota 2 (yaitu dari GESC Indonesia Minor). Sedangkan di 2019, predikat tersebut dipegang oleh MPL Indonesia Season 4 untuk game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Dua turnamen tersebut sama-sama memberikan total hadiah sebesar USD 300 ribu. Namun selain tentang jumlahnya, keduanya berbeda jauh. GESC Indonesia Minor adalah event internasional untuk game PC.

Sedangkan MPL ID S4 adalah event nasional untuk game mobile. Selain itu, meski nominal untuk turnamen dengan hadiah terbesar di 2019 masih sama, total hadiah
10 turnamen dengan hadiah terbesar di 2019 ternyata menurun dari tahun 2018.

"Saya tidak tahu rencana untuk game-game lainnya. Namun untuk MPL, kami akan berusaha untuk terus menjaga agar prize pool-nya masih kompetitif dan juga atraktif. Meski demikian, hal yang lebih penting lagi bagi kami adalah soal pengalaman yang bisa kami suguhkan bagi pro player, penonton, dan partner MPL ataupun keseluruhan ekosistem esports MLBB," ujar Lucas.

BACA JUGA:Harga Emas Per 23 Juni 2020

Sedangkan untuk tren platform, Lucas juga percaya bahwa game esport yang populer harus memiliki user base yang besar. Karena itulah, esport untuk mobile game masih akan terus memimpin industri ini baik di Indonesia ataupun Asia Tenggara.

Lalu bagaimana tentang total hadiah turnamen di Indonesia yang menurun di 2019 jika dibandingkan dengan 2018? Pasalnya, jika kita melihat dari Dota 2 dengan The International-nya, total hadiahnya selalu meningkat setiap tahun.

Hal yang sama juga terjadi di esport game populer lainnya, League of Legends (LoL) dengan World Championship mereka. Mobile Legends South East Asia Cup (MSC) yang merupakan turnamen resmi dari Moonton untuk negara-negara Asia Tenggara sendiri juga menyuguhkan total hadiah yang meningkat dari tahun ke tahun.

MSC 2017 menyuguhkan total hadiah sebesar USD 100 ribu. Di 2018, jumlah hadiahnya naik jadi USD 144 ribu (USD 100 ribu + USD 44 ribu). Sedangkan di 2019, jumlah totalnya masih sama namun base prize pool-nya meningkat (USD 120 ribu + USD 24 ribu).

"Saya netral soal tren ini (pergeseran prize pool). Namun demikian, total hadiah tak bisa sepenuhnya dijadikan patokan perkembangan industri esport. Di sisi lain, yang bisa kita lihat, jumlah penonton dan angka dari sponsor meningkat cukup besar di 2019. Tren inilah yang akan meningkat di tahun depan dan tahun-tahun berikutnya," jelas Lucas.

Pendapat Lucas tadi memang benar dan mungkin perlu dicatat, mengingat banyak orang masih menjadikan prize pool sebagai satu-satunya tolok ukur perkembangan industri esport.

Pasalnya, jika kita berkaca dari sepak bola nasional, juara Liga 1 bahkan tidak mendapatkan hadiah uang (setidaknya di 2018). "Juara Liga 1 itu tidak ada hadiah uang. Jadi, tolong kepada masyarakat umum, terutama Jakmania jangan berpikir jadi juara liga itu kemudian Persija mendapatkan segalanya. Kami hanya mendapatkan trofi, yang bahkan saat diberikan di lapangan pun masih replika," kata Gede Widiade, Direktur Utama Persija saat itu.

Namun demikian, jika kita berbicara soal event internasional, The International 2019 masih memegang rekor total hadiah terbesar di esport dengan angka USD 34,3 juta. Angka tersebut memang kelihatannya besar, namun jadi terlihat imut-imut jika dibandingkan dengan angka total hadiah Piala Dunia 2018 (di Rusia) yang mencapai angka USD 791 juta.

Selain tentang total hadiah event esport, hal lain yang menarik untuk dibahas adalah lokasi. Selama ini, lokasi pertandingan event esport terbesar yang digelar di Indonesia terletak di Jakarta.

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Why

No comments:

Post a Comment